Progresivisme
Komposisi kurikulum yang memberikan ruang yang lebih fleksibel kepada mahasiswa untuk mengembangkan hard skill dan soft skill, kemampuan untuk bekerja secara individu maupun berkelompok, serta berlatih menganalisa dan memecahkan masalah-masalah sosial dan lingkungan. Hal ini terjadi karena mahasiswa memiliki peluang untuk belajar di luar kelas dan berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk mendalami perubahan lingkungan dan kebudayaan. Untuk mencapai hal ini, maka pembaruan kurikulum harus meliputi metode dan kebijaksanaan pembelajaran, dan hal-hal lain terkait dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) sesuai dengan perubahan lingkungan pada era revolusi industri 4.0.
Rekonstruktivisme
Kurikulum harus membuka mindset mahasiswa tentang perkembangan global. Mereka harus mampu berpikir untuk memikirkan kembali berbagai hal yang terjadi pada lingkungannya dengan berpikir lebih fleksibel lintas disiplin dengan perspektif yang lebih luas. Kurikulum yang mengarahkan mahasiswa menjadi subyek pendidikan yang open minded akan menghasilkan agen perubahan; lulusan yang peka terhadap perubahan dan kritis menanggapi isu global untuk memperbaiki derajat kehidupannya dalam konteks lokal.
Eksistensialisme
Kurikulum harus mengarahkan mahasiswa untuk memahami potensinya dan menciptakan nilai tambah bukan hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi orang lain. Mahasiswa perlu untuk mengembangkan potensi dirinya dan memiliki tanggung jawab dalam setiap pilihan yang di ambil. Kurikulum memberikan ‘kemerdekaan’ bagi mahasiswa untuk mempelajari hal-hal yang dibutuhkan dengan berbagai metode yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam upaya pengembangan dirinya, kurikulum juga mesti menunjukkan aspek lain bahwa dibalik adanya kebebasan eksistensi diri, mahasiswa harus tetap berpegang kepada kekuasaan Sang Pencipta dalam setiap langkah yang di pilih.
Postmodernisme
Kurikulum mampu membuka cakrawala berpikir mahasiswa dan menerima keragaman budaya dan cara pandang sebagai sumber perbedaan yang harus mereka hargai sebagai bagian dalam proses pembelajaran. Penerimaan mahasiswa terhadap keragaman budaya sangat kuat dalam membentuk karakter mahasiswa yang berbeda dan membiarkan diri mereka mempelajari segala hal untuk dapat memaknai hakikat hidup dan kehidupan dengan lebih baik